Ada dua tipe orang di dalam kehidupan

 

                                                                                                                        Photo by Pinterest

Kehidupan sering di terjemahkan dalam beragam perspekif manusia - perspektif businessman, perspektif politician, perspektif legislator - sehingga mendefinisikan life sesungguhnya membutuhkan tujuan hidup yang konsisten dan pasti juga perlu berdiskusi terang-terangan dengan pihak lain atau bahkan lebih dari itu. Hidup adalah cerita, apa yang orang lakukan hari ini menjadi tolak ukur orang lain di waktu-waktu mendatang atau bahasanya adalah sejarah. Hari ini seorang tukang kayu menjadi Presiden, maka akan ada seribu tukang kayu yang akan menjadi Bupati ataupun Menteri di masa depan.

 

Seperti yang dituliskan sebelumnya, hubungan antara manusia dengan sejarah sangat kuat, lebihnya lagi sejarah punya sejarahnya sendiri. Kompleksitas. Oleh sebab itu, sempit intelektual mengakibatkan orang susah survive. Saya pernah berpikir tentang kehidupan dalam rentang waktu yang tidak sedikit. Perlu edukasi psikologi dan sosiologi dalam menilai ukuran kehidupan setiap individu. Produk dari rumusan pemahaman kehidupan versi saya, berujung pada dua jenis manusia yang memilih untuk hidup. Pasti ada yang berpikir bahwa saya menjadi sok tau atas kehidupan yang tiada ujungnya atau kecukupan umur saya menjadi batasan kepercayaan ketika membaca tulisan ini. I think it’s not bad. Okay, mari kita mulai dengan jenis orang pertama.

 

Photo by Pinterest/Orang Pertama

ORANG PERTAMA. Di dunia ini ada seorang manusia yang selalu berpikir ‘bagaimana mendapatkan keuntungan berlipat ganda dengan akal budinya serta memakmurkan standar hidupnya dari sebelumnya’. Tidak peduli apa seragamnya atau ada lift di kantornya atau jenis mobil yang digunakan ataupun seperti apa senyum seorang supir bus yang sering ditumpanginya, yang terutama dan terpenting adalah kerja, kerja, kerja dan pastinya pendapatan yang dihasilkan harus sepadan bahkan harus lebih. Orang tipe ini cocok ketika berbicara business. Adanya hasrat untuk mensejahterakan diri sendiri dan keluarga. Beberapa kepentingan eksternal seperti, kebijakan publik terhadap masyarakat kelas bawah ataupun apakah anak pengemis bisa masuk universitas itu bukan gairah hidupnya. Orang tipe ini bukanlah sosok yang egois, namun impian untuk terus dalam lingkaran kehidupan yang makmur dan terus makmur. Mereka biasa terlahir untuk menjadi orang yang akan menjadi motivator ketika sudah mengantongi lima belas perusahan rintisan. Kata-kata mereka akan menjadi mutiara bagi segelintir pebisnis pemula untuk terus berhati-hati dalam jurang kegagalan.

 

Photo by Pinterest/Orang Kedua

ORANG KEDUA. Tipe ini memiliki mindset yang berbeda dari orang sebelumnya. Kalau sebelumnya berpikir bagaimana memperkaya diri, sedangkan yang ini malah berpikir “bagaimana membuat dampak positif terhadap masyarakat”. Dia akan terus mencari-cari dan terus belajar banyak tentang peningkatan kualitas hidup seseorang lainnya. Membangun komunikasi intensif dengan kalangan bawah sudah menjadi makanan sehari-harinya demi mendapat data yang faktual. Bisa dikatakan jiwa sosial. Tidak peduli sepatu adidas fake yang dikenakannya atau makan mie instant setiap hari ataupun rela mengunjungi daerah terpencil dengan uang sendiri. Orang jenis ini cenderung dicintai rakyat jelata dan jarang terkenal. Ada kecenderungan terjun ke dalam dunia perpolitikan untuk lebih luas jangkauannya dalam memperjuangkan citra hidup orang banyak. Mereka dilahirkan oleh TUHAN untuk menjadi pemimpin di antara umat-NYA. Jika kata-kata orang pertama menjadi pemicu lahirnya pebisnis pemula, kalau ini tindakannya atau cara berpikirnya sering dijadikan inovasi pembangunan bagi pemegang kekuasaan. Tidak jarang juga tipe ini sering menjadi pemimpin politik. Kalau saya boleh katakan ini adalah jiwa kemanusiaan.

 Photo by Pinterest

Hidup ini akan sempit jika hanya sebuah rutinitas saja. We need to do something. Dari dua paragraf di atas yang menjelaskan tipe manusia, saya harap ini dapat menjadi bahan pemikiran pembaca dalam mengenali kehidupan. Kesimpulannya, orang pertama bisa dikatakan adalah tipe self-centre atau lebih mementingkan kehidupannya dan kurang memerhatikan hal-hal enstrinsik. Sedangkan tipe orang kedua lebih berjiwa marhaenisme (KBBI ; Paham yang bertujuan memperjuangkan nasib kaum kecil untuk mendapatkan kesejahteraan hidup) yang selalu berorientasi pada kemakmuran hidup sesama manusia dan peduli pada hak-hak rakyat jelata untuk mendapatkan kualitas kehidupan yang baik. Akhir dari blog saya hanya sekedar penutup biasa. Apabila diantara pembaca ada yang bersebarangan aliran pemahaman, silahkan berargumen.*

 

Anugrah A. I. J. Wejai

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Di Biak ada Sinon Wader: Inspirasi dan Mentalitas Neoliberal

Opini tentang Pelayanan Publik di Dukcapil Biak Numfor

Green Jobs, Green Economic, and Green Indonesia